Senin, 10 Februari 2014

Sejarah Adanya Desa Bongkasa


Konon dahulu kala daerah ini masih merupakan hutan belantara dan semak-semak yang tanahnya berpalung-palung, pada saat ini dibawah kekuasaan Raja Mengwi yang batas timurnya adalah sungai ayung.  Pada tahun 1600 M Raja Mengwi mengutus orang kepercayaanya yang bernama  I Gede Geredegan dan I Made Tanggu untuk merabas daerah sebelah barat sungai ayung, utusan tersebut tidak berani menolak tugas yang merupakan perintah langsung Raja Mengwi. I Gede Geredegan dan I Made Tanggu melakukan tugas menuju tanah sebelah barat sungai ayung dengan mengambil lokasi disebelah barat Pura Sima yang ada Sekarang.
I Gede Geredegan dan I Made Tunggu pekerjaanya hanya merabas hutan sambil menanam tanaman yang bias dinikmati, tetapi sayang mereka tidak mengajak istrinya sehingga tidak menumbuhkan anak sebagai keturunan (sentana). Meskipun demikian dia tetap bertahan (teguh dalam hutan atau wana) sehingga tempat tersebut diberi nama TEGUH WANA dan lama kelamaan menjadi TEGUAN.
I Gede Geredegan dan I Made Tanggu memebagi tugas dengan kesepakatan I Gede Geredegan kembali ke Puri Mengwi untuk melaporkan hasil pekerjaan atau tugas yang diembannya dan I Made Tunggu dengan setianya menunggui batas timur kerajan Mengwi, tak lama kemudian ada berita bahwa Permaisuri atau Istri Raja Mengwi mengalami sakit keras dan pada saat itu keadaan terpakasa  Raja Mengwi mengundang para Pendeta dan para Dukun atau Tabib yang ada diistana maupun yang ada diluar istana untuk memberikan pertolongan mengobati Istri Raja Mengwi, namun satupun tidak ada yang berhasil untuk mengobati Istri Raja Mengwi.
Kabar berita itu telah tersebar kesegala penjuru hingga sampai kedaerah Manuaba di Gianyar, kala itu berita didengar oleh orang tua Jero Ketut Tangsub dan segera orang tua Jero Ketut Tangsub mengutus Jero Ketut Tangsub untuk berangkat ke Puri Mengwi untuk memberi pertolongan atau pengobatan kepada Isteri Raja Mengwi. Jero Ketut Tangsub tidak berani menolak apa yng diberitahukan oleh ayahnya dan segera berangkat ke Puri Mengwi dengan peralatan berupa sebuah tas yang terbuat dari Ate. Yang sering disebut dengan Kompek Gandek yang berwarna warni, sehingga baik dipandang yang dilengkapi dengan isinya antara lain : sirih, kapur, pinang, tembakau, dan tempat penumbukannya (pengelocokan) yang berguna untuk camilan penghangat mulut serta dapat dimanfaatkannya sebagai sarana didalam melakukan pengobatan.
Dalam perjalanannya banyak rintangan-rintangan yang ditemui tetai dapat diatasi, setelah sampai didepan puri Mengwi kelihatan masyarakat serta para patih sibuk keluar masuk Puri Mengwi, karena para resi dan pandita Kerajaan serta dukun yang ahlidalam pengobatan sudah pada berdatangan, guna meladeni para Rsi, Pandita Kerajaan dan para dukun untuk melakukan pengobatan demi sembuhnya istri Ratu Mengwi, dengan mengucapkan beraneka ragam Japa Mantra pengobatan (Usada) para Rsi dan Pandita Kerajaan serta para dukun dengan khusuknya mengucapkan Japa Mantra untuk meminta restu pengobatan agar istri Raja Mengwi sembuh. Pada saat bersamaan dibawah pohon beringin ada seorang pedangang rujak yang sedang asik berjualan dan Jero Ketut Tangsub tiba dijaba Puri Mengwi dan bertanya kepada dagang rujak”Ibu pedagang rujak, berapakah dapat ongkos orang-orang yang berkeliaran keluar masuk puri itu?”. Mendengar perkataan itu rasanya terlalu mengejek, lalu pedagang rujak melapor ke Puri kepada para Patih dari Raja Mengwi, mendengar laporan tersebut semua Patih Raja Mengwi menjadi marah dan ingin membunuh orang tersebut ( Jero Ketut Tangsub ).
Jero Ketut Tangsub dipnggil menghadap ke Puri oleh para Patih dan dipaksa ntuk menjelaskan apa maksud kata-kata “Berapakah dapat ongkos orang-orang yang berkeliaran keluar mask Puri itu?” dengan tenangnya Jero Ketut Tangsub menawab “Maksud hamba apakah orang yang berhasil mengobati istri Raja Mengwi hingga sembuh mendapatkan imbalan”. Tampa memberikan jawaban para patih langsung menyuruh Jero Ketut Tangsub mengobati istri Raja Mengwi yang sakit supaya sembuh, kalau tida mau Jero Ketut Tangsub akan dibunuh oleh para Patih Mengwi.
Dengan wajah berseri-seri Jero Ketut Tangsub mengikuti para Patih ke tempat dimana istri Raja Mengwi, setibanya di ruangan istri Raja Mengwi dalam keadaan sakit tergolek lemas, dengan melihat keadaan yang demikian Jer Ketut Tangsub meminta ijin untuk mengobatinya, dengan kekuatan batinnyaJero Ketut Tangsub mengeluarkan sebuah gandek / tas atau sebagai sarana pengobatan dan diciptanya sebagai balai pemujaan (pawedan), isi dari tas/gandeknya diciptakan sebagai perlengkapan untuk melakukan Japa Mantra dan Jero Ketut Tangsub memohon kepada Than Yang Maha Kuasa agar diberkati mengobati istri dari Raja Mengwi. Setelah melakukan pemujaaan Jero Ketut Tangsub memohon ijin kepada Raja Mengwi agar diijinkan untuk melakukan pengobatan dengan cara pembersihan yang menggunakan sarana air yang telah disucikan untuk dipercikkan keseluruh badan istri Raja Mengwi, setelah dipercikkan air suci tiba-tiba Istri Raja Mengwi bias terbangun dan tidk merasakan lemas dan mengatakan sembuh kepada Raja Mengwi.
Dengan sembuhnya Istri Raja Mengwi Jero Ketut Tangsub menerima berkah dari Raja Mengwi berupa secutak tanah dengan tempat yang dipilih oleh Jero Ketut Tnagsub seluas 10 Ha, setelah selesai tugas yang diaksanakannya dan telah selesai pula semua pembicaraan dengan Raja Mengwi Jero Ketut Tangsub mhon pamit kepada Raja Mengwi guna mencari tempat yang diberikan oleh Raja Mengwi, pada saat itu Ratu Mengwi memerintahkan I Gede Geredegan dan Istrinya untuk mengikti dan selalu mendampingi Jero Ketut Tangsub dalam keberangkatannya menuju kearah timur, dalam perjalanannya Jero Ketut Tangsub sambil memegang sehelai daun lontar setibanya di daerah ketinggian Jero Ketut Tangsub memandangi kea rah timur dan dilihatnya suatu pertanda seberkas sinar merah keemasan ang penuh dengan hawa kesucian yang dirasakan oleh Jerio Ketut Tangsub dan I Gede Geredegan.
Pada sebuah ketinggian Jero Ketut Tangsub duduk beristirahat dengan memegang gandek yang dibawanya sambil membuat sebuat geguritan pupuh ginada bebungklingan yang disurat pada sehelai daun lontar yang telah dibawanya : Ada kidug anyar teka, Mijil saking ranged langit
Kawi muda kapupungan, Sira lajua mintar kidung
Iseng-isengan manyurat, Anggen nyarwi
Ban ibuk larane liwat.
Setelah membuat beberapa bait geguritan Jero Ketut Tangsub langsung menuju tempat yang terdapat sinar merah keemasan itu, sambil mengupas ciri-ciri sinar yang dilihatnya, sehingga ciri-ciri tersebut diartikan Rangde Langit yaitu sinar merah keputih-putihan yang muncul dari langit yang mana dalam bahasa balinya mengandung arti Bang Akasa, disebutlah daerah ini Bangkasa yang emudian lama kelamaan orang-orang mengatakannya Bongkasa yang sekarang ini disebut dengan Desa Bongkasa, Kecaatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Proponsi Bali.
Dengan kesuburan tanahnya dan keamanan yang sangat menjanjikan maka lama kelamaan daerah ini banyak pendatangnya yaitu dari :
Pengembungan berasal dari pengembungan Tabanan, Kedewatan berasal dari Kedewatan Gianyar,Tanggayuda berasal dari Tanggayuda Gianyar, Sayan berasal dari Sayan Gianyar, Kambang berasal Samuan Carangsari,Kutaraga berasal dari Punggul dan Pengembungan, Tohpati berasal dari kambang dan Camuan Carangsari. Desa Bongkasa terdiri dari dua Desa Adat yaitu : Desa Adat Bongkasa dan Desa Adat Kutaraga. Desa Bongkasa yang terdiri dari sepuluh banjar dinas yaitu:
1.      Banjar Kedewatan berasal dari Kedewatan Gianyar (Icaka 1655/1733 M)
2.      Banjar Tanggayuda berasal dari desa Tanggayuda Gianyar
3.      Banjar Sayan Agung berasal dari Desa Sayan Gianyar
4.      Banjar Sayan Tua berasal dari Desa Sayan Gianyar
5.      Banjar Pengembungan Sari berasal dari Banjar Pengembungan Bongkasa
6.      Banjar Teguan berasal dari Teguh Wana
7.      Banjar Pengembungan berasal dari Pengembungan Tabanan
8.      Banjar Kambang berasal dari Desa Samuan Carang Sari
9.      Banjar Kutaraga berasal dari banjar Pengembungan dan Desa Punggul
10.  Banjar Tohpati berasal dari banjar Kambang Desa Bongkasa
Mengenai Dua Desa Adat yang ada di Desa Bongkasa Didukung Oleh 12 Banjar adat yang ada didesa yaitu:
1.      Desa adat Bongkasa didukung oleh 10 Banjar adat antara lain;
a.       Banjar adat Karang adat Dalem 1
b.      Banjar adat Tegalkuning
c.       Banjar adat Kedewatan
d.      Banjar adat Tanggayuda
e.       Banjar adat Sayan agung
f.       Banjar adat Sayan Tua
g.      Banjar  adat Pengembungan Sari
h.      Banjar adat Teguan
i.        Banjar adat Pengembungan
j.        Banjar  adat Kambang
2.      Desa adat Kutaraga berposisi disebelah selatan desa adat Bongkasa yang didukung oleh 2 banjar adat antara lain;
a.       Banjar adat Kutaraga
b.      Banjar adat Tohpati
Demikianlah sekelumit sejarah singkat desa Bongkasa ini dapat kami sampaikan, mudah-mudhan ada manfaatnya. Tentunya sejarah ini masih jauh dari sempurna karena tidak didukung oleh data dan fakta sejarah yang akurat, hanya berdasarkan penuturan dari sesepuh desa,yang diketahuinya melalui penuturan secara turun-temurun. Oleh karena itu melalui kesempatan ini kami mohon bantuan semua pihak untuk menyempurnakan sejarah Desa Bongkasa ini,yang telah dijadikan pedoman dalam pembuatan lambang Desa Bongkase yang digunakan dalam Administrasi Desa yang telah ditetapkan dalam peraturan Desa Bongkasa.

A.       Demografi
1.      Data Penduduk : Jumlah penduduk laki dan Perempuan
Jumlah penduduk Desa Bongkasa setiap tahun ada kecenderungan untuk meningkat sedangkan luas wilayah tetap, sehingga kepadatan penduduk terus meningkat dan akan menjadi besar bila tidak ditanangi secara tepat dan cepat Penduduk mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan pembangunan disegala bidang sehingga penduduk merupakan sumber daya manusia sebagai salah satu faktor penentu dalam pembangunan Jumlah penduduk desa Bongkasa yaitu :
        Laki-laki          :  2.908 jiwa
        Perempuan      :  3.009 jiwa
        Jumlah             :  5.917 jiwa  
2.      Jumlah RT & RTM
Jumlah Kepala Keluarga (KK) / Rumah Tangga (RT) dan Rumah Tangga Miskin (RTM) di Desa Bongkasa yaitu :
        Rumah Tangga (RT)                            :  1.535
        Rumah Tangga Miskin (RTM)            :       98
3.      Agama
Jumlah penduduk Desa Bongkasa pada umumnya sangat homogen sehingga adat dan istiadat begitu juga dengan agama yang dianutpun sama yaitu Agama Hindu.
Penduduk berdasarkan Agama dapat dirinci sebagai berikut :
        Agama Hindu                         :  5.917 orang
        Islam                                       :  -
        Kristen                                                :  -
        Buddha                                               :  -
4.      Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian
                        PNS                 :   145 Orang
                        ABRI              :     14 Orang
                        Peg. Swasta     :    671 Orang
                        Wiraswasta      :    230 Orang
                        Petani              :  2.509 Orang
                        Pertukangan    :     205 Orang

5.      Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
            Jumlah penduduk menurut pendidikan yang ditamatkan dapat dibedakan sebagai berikut :
a.       Tamat Perguruan tinggi / sederajat :      53 Orang
b.      Tamat akademi / sederajat              :     150 Orang
c.       Tamat SLTA / sederajat                  :  3.468 Orang
d.      Tamat SLTP / sederajat                   :  1.450 Orang
e.       Tamat SD / sedarajat                                  :     502 Orang
f.       Tamat TK                                        :     190 Orang

6.   Bidang Kesehatan
Di bidang kesehatan masyarakat Desa Bongkasa dilihat dari sarana dan prasarana di Desa Bongkasa telah dilengkapi dengan Puskemas Pembantu dengan dua orang bidan yang bertugas jaga 24 jam. Disamping itu juga di masing-masing banjar telah dibentuk kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dengan jumlah Kader Posyandu: 5 orang di tiap Banjar, yang membimbing masyarakat dalam menangani kesehatan dengan menyasar pasangan usia subur, ibu hamil dan balita, dan Posyandu Lanjut Usia (Lansia), dimana kegiatan ini sudah rutin dilaksanakan setiap bulannya dan sudah terjadwal di masing-masing banjar dibawah pengawasan dan bidan PUSTU.
     Jumlah Posyandu                    :   10 Buah
     Jumlah Kader Posyandu         :   50 Orang
     Jumlah Balita                          :  308 Bayi

B.        Keadaan Sosial
Organisasi sosial Kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang di Desa Bongkasa yang merupakan Mitra Kerja Pemerintah Desa dalam melaksanakan Pembangunan dalam arti luas cukup berperan yang dikoordinasikan dengan lembaga-lembaga yang ada di Desa Bongkasa.

C.       Keadaan Ekonomi
Keadaan perekonomian Masyarakat di Desa Bongkasa cukup berjalan lancer karena di topang oleh Lembaga Keuangan yang ada di Desa Bongkasa sehingga mampu menjalankan roda Perekonomian Masyarakat Menengah Kebawah.
Adapun Lembaga Keuangan yang ada di Desa Bongkasa adalah :
           LPD                            :  2 Buah
           Koperas berijin            :  3 Buah
           Pra Koperasi                :  1 Buah         
     
D.       Kondisi Pemerintahan Desa
1.      Pembagian wilayah desa
  Desa Bongkasa merupakan daerah dataran tinggi bergelombang dan berada pada ketinggian 325 meter diatas permukaan laut dengan kondisi tanah yang sangat subur. Pembaagian wilayah desa dalam ruang lingkup penyelenggaraan Pemerintah Desa, Desa Bongkasa terbagi atas 10 Banjar Dinas yang dipimpin langsung oleh Kelian Banjar Dinas sebagai ujung tombak penyelenggara Pemerintah Desa.
  Adapun Banjar Dinas yang ada diwilayah Desa Bongkasa yaitu :
1.                        Banjar Kedewatan
2.                        Banjar Tanggayuda
3.                        Banjar Sayan Agung
4.                        Banjar Sayan Tua
5.                        Banjar Pengembungan Sari
6.                        Banjar Teguan
7.                        Banjar Pengembungan
8.                        Banjar Kambang
9.                        Banjar Kutaraga
10.                    Banjar Tohpati.

2.      Struktur Organisasi Pemerintah Desa
Mengingat desa merupakan suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai satu kesatuan masyarakat yang mempunyai organissi pemerintahan terendah dan berhak menyelenggarakan rumah tangga sendiri dab Pemerintah Desa dipimpin oleh seorang Perbekel dan dibantu oleh perangkat Desa dengan Struktur Organiasi Pemerintah Desa Bongkasa sebagai berikut :
1.                     Perbekel dijabat oleh                                       : I Wayan Jendra
2.                     Sekretaris Desa, yang dijabat oleh                  : I Nyoman Sulendra
3.                     Ka. Urusan Pemerintahan, yang dijabat oleh  : Ni Made Darmini
4.                     Ka. Urusan Pembangunan, yang dijabat oleh : I Made Terpiastika
5.                     Ka. Urusan Kesejahteraan, yang dijabat oleh : Ni Made Suwerti
6.                     Ka. Urusan Keuangan, yang dijabat oleh       : Gusti Putu Yatimardika
7.                     Ka. Ursan Umum, yang dijabat oleh              : Ni Wayan Budi Sukerti
Wilayah Desa Bongkasa terdiri dari 10 (sepuluh) Banjar Dinas yang masing-masing memiliki seorang Kelian Banjar Dinas sebagai perpanjangan tangan Perbekel diwilayah kerjanya yang diangkat/ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Perbekel atas persetujuan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Kelian Banjar Dinas tersebut adalah :
1.                     Kelian Br. Dinas Kedewatan, dijabat oleh                 : I Wayan Gatra
2.                     Kelian Br.. Dinas Tanggayuda, dijabat oleh               : I Wayan Sumendra
3.                     Kelian Br. Dinas Sayan Agung, dijabat oleh              : I Nyoman Sudiardana
4.                     Kelian Br. Dinas Sayan Tua, dijabat oleh                   : I Wayan Suartawa
5.                     Kelian Br. Dinas Pengembungan Sari, dijabat oleh    : I Nyoman Jayadiputra
6.                     Kelian Br. Dinas Teguan, dijabat oleh                        : I Nyoman Sueca
7.                     Kelian Br. Dinas Pengembungan, dijabat oleh           : I Nyoman Subandi
8.                     Kelian Br. Dinas Kambang, dijabat oleh                    :I Wayan Tarip
9.                     Kelian Br. Dinas Kutaraga, dijabat oleh                     : I Wayan Suaba
10.                 Kelian Br. Dinas Tohpati, dijabat oleh                        : I Wayan Wijana