Konon dahulu kala
daerah ini masih merupakan hutan belantara dan semak-semak yang tanahnya berpalung-palung,
pada saat ini dibawah kekuasaan Raja Mengwi yang batas timurnya adalah sungai
ayung. Pada tahun 1600 M Raja Mengwi mengutus orang kepercayaanya yang
bernama I Gede Geredegan dan I Made Tanggu untuk merabas daerah sebelah
barat sungai ayung, utusan tersebut tidak berani menolak tugas yang merupakan
perintah langsung Raja Mengwi. I Gede Geredegan dan I Made Tanggu melakukan
tugas menuju tanah sebelah barat sungai ayung dengan mengambil lokasi disebelah
barat Pura Sima yang ada Sekarang.
I Gede Geredegan dan I
Made Tunggu pekerjaanya hanya merabas hutan sambil menanam tanaman yang bias
dinikmati, tetapi sayang mereka tidak mengajak istrinya sehingga tidak
menumbuhkan anak sebagai keturunan (sentana). Meskipun demikian dia tetap
bertahan (teguh dalam hutan atau wana) sehingga tempat tersebut diberi nama TEGUH
WANA dan lama kelamaan menjadi TEGUAN.
I Gede Geredegan dan I
Made Tanggu memebagi tugas dengan kesepakatan I Gede Geredegan kembali ke Puri
Mengwi untuk melaporkan hasil pekerjaan atau tugas yang diembannya dan I Made
Tunggu dengan setianya menunggui batas timur kerajan Mengwi, tak lama kemudian
ada berita bahwa Permaisuri atau Istri Raja Mengwi mengalami sakit keras dan
pada saat itu keadaan terpakasa Raja Mengwi mengundang para Pendeta dan
para Dukun atau Tabib yang ada diistana maupun yang ada diluar istana untuk
memberikan pertolongan mengobati Istri Raja Mengwi, namun satupun tidak ada
yang berhasil untuk mengobati Istri Raja Mengwi.
Kabar berita itu telah
tersebar kesegala penjuru hingga sampai kedaerah Manuaba di Gianyar, kala itu
berita didengar oleh orang tua Jero Ketut Tangsub dan segera orang tua Jero
Ketut Tangsub mengutus Jero Ketut Tangsub untuk berangkat ke Puri Mengwi untuk
memberi pertolongan atau pengobatan kepada Isteri Raja Mengwi. Jero Ketut
Tangsub tidak berani menolak apa yng diberitahukan oleh ayahnya dan segera
berangkat ke Puri Mengwi dengan peralatan berupa sebuah tas yang terbuat dari Ate. Yang sering disebut dengan Kompek
Gandek yang berwarna warni, sehingga baik dipandang yang dilengkapi
dengan isinya antara lain : sirih, kapur, pinang, tembakau, dan tempat
penumbukannya (pengelocokan) yang berguna untuk camilan penghangat mulut serta
dapat dimanfaatkannya sebagai sarana didalam melakukan pengobatan.
Dalam perjalanannya
banyak rintangan-rintangan yang ditemui tetai dapat diatasi, setelah sampai
didepan puri Mengwi kelihatan masyarakat serta para patih sibuk keluar masuk
Puri Mengwi, karena para resi dan pandita Kerajaan serta dukun yang ahlidalam
pengobatan sudah pada berdatangan, guna meladeni para Rsi, Pandita Kerajaan dan
para dukun untuk melakukan pengobatan demi sembuhnya istri Ratu Mengwi, dengan
mengucapkan beraneka ragam Japa Mantra pengobatan (Usada) para Rsi dan Pandita
Kerajaan serta para dukun dengan khusuknya mengucapkan Japa Mantra untuk
meminta restu pengobatan agar istri Raja Mengwi sembuh. Pada saat bersamaan
dibawah pohon beringin ada seorang pedangang rujak yang sedang asik berjualan
dan Jero Ketut Tangsub tiba dijaba Puri Mengwi dan bertanya kepada dagang
rujak”Ibu pedagang rujak, berapakah dapat ongkos orang-orang yang berkeliaran
keluar masuk puri itu?”. Mendengar perkataan itu rasanya terlalu mengejek, lalu
pedagang rujak melapor ke Puri kepada para Patih dari Raja Mengwi, mendengar
laporan tersebut semua Patih Raja Mengwi menjadi marah dan ingin membunuh orang
tersebut ( Jero Ketut Tangsub ).
Jero Ketut Tangsub
dipnggil menghadap ke Puri oleh para Patih dan dipaksa ntuk menjelaskan apa
maksud kata-kata “Berapakah dapat ongkos orang-orang yang berkeliaran keluar
mask Puri itu?” dengan tenangnya Jero Ketut Tangsub menawab “Maksud hamba
apakah orang yang berhasil mengobati istri Raja Mengwi hingga sembuh
mendapatkan imbalan”. Tampa memberikan jawaban para patih langsung menyuruh
Jero Ketut Tangsub mengobati istri Raja Mengwi yang sakit supaya sembuh, kalau
tida mau Jero Ketut Tangsub akan dibunuh oleh para Patih Mengwi.
Dengan wajah
berseri-seri Jero Ketut Tangsub mengikuti para Patih ke tempat dimana istri
Raja Mengwi, setibanya di ruangan istri Raja Mengwi dalam keadaan sakit
tergolek lemas, dengan melihat keadaan yang demikian Jer Ketut Tangsub meminta
ijin untuk mengobatinya, dengan kekuatan batinnyaJero Ketut Tangsub
mengeluarkan sebuah gandek / tas atau sebagai sarana pengobatan dan diciptanya
sebagai balai pemujaan (pawedan), isi dari tas/gandeknya diciptakan sebagai
perlengkapan untuk melakukan Japa Mantra dan Jero Ketut Tangsub memohon kepada
Than Yang Maha Kuasa agar diberkati mengobati istri dari Raja Mengwi. Setelah
melakukan pemujaaan Jero Ketut Tangsub memohon ijin kepada Raja Mengwi agar
diijinkan untuk melakukan pengobatan dengan cara pembersihan yang menggunakan
sarana air yang telah disucikan untuk dipercikkan keseluruh badan istri Raja
Mengwi, setelah dipercikkan air suci tiba-tiba Istri Raja Mengwi
bias terbangun dan tidk merasakan lemas dan mengatakan sembuh kepada Raja
Mengwi.
Dengan sembuhnya Istri
Raja Mengwi Jero Ketut Tangsub menerima berkah dari Raja Mengwi berupa secutak
tanah dengan tempat yang dipilih oleh Jero Ketut Tnagsub seluas 10 Ha, setelah
selesai tugas yang diaksanakannya dan telah selesai pula semua pembicaraan
dengan Raja Mengwi Jero Ketut Tangsub mhon pamit kepada Raja Mengwi guna
mencari tempat yang diberikan oleh Raja Mengwi, pada saat itu Ratu Mengwi memerintahkan
I Gede Geredegan dan Istrinya untuk mengikti dan selalu mendampingi Jero Ketut
Tangsub dalam keberangkatannya menuju kearah timur, dalam perjalanannya Jero
Ketut Tangsub sambil memegang sehelai daun lontar setibanya di daerah
ketinggian Jero Ketut Tangsub memandangi kea rah timur dan dilihatnya suatu
pertanda seberkas sinar merah keemasan ang penuh dengan hawa kesucian yang
dirasakan oleh Jerio Ketut Tangsub dan I Gede Geredegan.
Pada sebuah ketinggian
Jero Ketut Tangsub duduk beristirahat dengan memegang gandek yang dibawanya
sambil membuat sebuat geguritan pupuh ginada bebungklingan yang disurat pada
sehelai daun lontar yang telah dibawanya : Ada kidug anyar teka, Mijil saking
ranged langit
Kawi muda kapupungan,
Sira lajua mintar kidung
Iseng-isengan
manyurat, Anggen nyarwi
Ban ibuk larane liwat.
Setelah membuat
beberapa bait geguritan Jero Ketut Tangsub langsung menuju tempat yang terdapat
sinar merah keemasan itu, sambil mengupas ciri-ciri sinar yang dilihatnya,
sehingga ciri-ciri tersebut diartikan Rangde Langit yaitu sinar merah
keputih-putihan yang muncul dari langit yang mana dalam bahasa balinya
mengandung arti Bang Akasa, disebutlah daerah ini Bangkasa yang emudian lama
kelamaan orang-orang mengatakannya Bongkasa yang sekarang ini disebut dengan
Desa Bongkasa, Kecaatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Proponsi Bali.
Dengan kesuburan
tanahnya dan keamanan yang sangat menjanjikan maka lama kelamaan daerah ini
banyak pendatangnya yaitu dari :
Pengembungan berasal dari pengembungan
Tabanan, Kedewatan berasal dari Kedewatan Gianyar,Tanggayuda berasal dari
Tanggayuda Gianyar, Sayan berasal dari Sayan Gianyar, Kambang berasal Samuan
Carangsari,Kutaraga berasal dari Punggul dan Pengembungan, Tohpati berasal dari
kambang dan Camuan Carangsari. Desa Bongkasa terdiri dari dua Desa Adat yaitu :
Desa Adat Bongkasa dan Desa Adat Kutaraga. Desa Bongkasa yang terdiri dari
sepuluh banjar dinas yaitu:
1. Banjar Kedewatan
berasal dari Kedewatan Gianyar (Icaka 1655/1733 M)
2. Banjar Tanggayuda
berasal dari desa Tanggayuda Gianyar
3. Banjar Sayan Agung
berasal dari Desa Sayan Gianyar
4. Banjar Sayan Tua
berasal dari Desa Sayan Gianyar
5. Banjar Pengembungan
Sari berasal dari Banjar Pengembungan Bongkasa
6. Banjar Teguan berasal
dari Teguh Wana
7. Banjar Pengembungan
berasal dari Pengembungan Tabanan
8. Banjar Kambang berasal
dari Desa Samuan Carang Sari
9. Banjar Kutaraga
berasal dari banjar Pengembungan dan Desa Punggul
10. Banjar Tohpati berasal dari banjar
Kambang Desa Bongkasa
Mengenai Dua Desa Adat yang ada di Desa
Bongkasa Didukung Oleh 12 Banjar adat yang ada didesa yaitu:
1. Desa adat Bongkasa
didukung oleh 10 Banjar adat antara lain;
a. Banjar adat Karang adat Dalem 1
b. Banjar adat Tegalkuning
c. Banjar adat Kedewatan
d. Banjar adat Tanggayuda
e. Banjar adat Sayan agung
f. Banjar adat Sayan Tua
g. Banjar adat Pengembungan Sari
h. Banjar adat Teguan
i. Banjar adat Pengembungan
j. Banjar adat Kambang
2. Desa adat Kutaraga
berposisi disebelah selatan desa adat Bongkasa yang didukung oleh 2 banjar adat
antara lain;
a. Banjar adat Kutaraga
b. Banjar adat Tohpati
Demikianlah sekelumit sejarah singkat
desa Bongkasa ini dapat kami sampaikan, mudah-mudhan ada manfaatnya. Tentunya
sejarah ini masih jauh dari sempurna karena tidak didukung oleh data dan fakta
sejarah yang akurat, hanya berdasarkan penuturan dari sesepuh desa,yang
diketahuinya melalui penuturan secara turun-temurun. Oleh karena itu melalui
kesempatan ini kami mohon bantuan semua pihak untuk menyempurnakan sejarah Desa
Bongkasa ini,yang telah dijadikan pedoman dalam pembuatan lambang Desa Bongkase
yang digunakan dalam Administrasi Desa yang telah ditetapkan dalam peraturan
Desa Bongkasa.
A. Demografi
1.
Data Penduduk : Jumlah penduduk laki dan Perempuan
Jumlah penduduk Desa Bongkasa setiap
tahun ada kecenderungan untuk meningkat sedangkan luas wilayah tetap, sehingga
kepadatan penduduk terus meningkat dan akan menjadi besar bila tidak ditanangi
secara tepat dan cepat Penduduk mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan pembangunan disegala bidang sehingga penduduk
merupakan sumber daya manusia sebagai salah satu faktor penentu dalam pembangunan
Jumlah penduduk desa Bongkasa yaitu :
Laki-laki : 2.908
jiwa
Perempuan : 3.009 jiwa
Jumlah
: 5.917 jiwa
2.
Jumlah RT & RTM
Jumlah Kepala Keluarga
(KK) / Rumah Tangga (RT) dan Rumah Tangga Miskin (RTM) di Desa Bongkasa yaitu :
Rumah Tangga
(RT)
: 1.535
Rumah Tangga Miskin
(RTM)
: 98
3.
Agama
Jumlah penduduk Desa
Bongkasa pada umumnya sangat homogen sehingga adat dan istiadat begitu juga
dengan agama yang dianutpun sama yaitu Agama Hindu.
Penduduk berdasarkan
Agama dapat dirinci sebagai berikut :
Agama
Hindu
: 5.917 orang
Islam
: -
Kristen
: -
Buddha
: -
4.
Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian
PNS
: 145 Orang
ABRI
: 14 Orang
Peg. Swasta : 671 Orang
Wiraswasta : 230 Orang
Petani
: 2.509 Orang
Pertukangan : 205 Orang
5.
Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
Jumlah penduduk menurut pendidikan yang ditamatkan dapat dibedakan sebagai
berikut :
a.
Tamat Perguruan tinggi / sederajat : 53
Orang
b.
Tamat akademi /
sederajat
: 150 Orang
c.
Tamat SLTA /
sederajat
: 3.468 Orang
d.
Tamat SLTP /
sederajat
: 1.450 Orang
e.
Tamat SD /
sedarajat
: 502 Orang
f.
Tamat
TK
: 190 Orang
6. Bidang Kesehatan
Di bidang kesehatan masyarakat Desa
Bongkasa dilihat dari sarana dan prasarana di Desa Bongkasa telah dilengkapi
dengan Puskemas Pembantu dengan dua orang bidan yang bertugas jaga 24 jam.
Disamping itu juga di masing-masing banjar telah dibentuk kader Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu) dengan jumlah Kader Posyandu: 5 orang di tiap Banjar, yang
membimbing masyarakat dalam menangani kesehatan dengan menyasar pasangan usia
subur, ibu hamil dan balita, dan Posyandu Lanjut Usia (Lansia), dimana kegiatan
ini sudah rutin dilaksanakan setiap bulannya dan sudah terjadwal di
masing-masing banjar dibawah pengawasan dan bidan PUSTU.
Jumlah
Posyandu
: 10 Buah
Jumlah Kader Posyandu
: 50 Orang
Jumlah
Balita
: 308 Bayi
B. Keadaan Sosial
Organisasi sosial
Kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang di Desa Bongkasa yang merupakan Mitra
Kerja Pemerintah Desa dalam melaksanakan Pembangunan dalam arti luas cukup
berperan yang dikoordinasikan dengan lembaga-lembaga yang ada di Desa Bongkasa.
C. Keadaan Ekonomi
Keadaan perekonomian
Masyarakat di Desa Bongkasa cukup berjalan lancer karena di topang oleh Lembaga
Keuangan yang ada di Desa Bongkasa sehingga mampu menjalankan roda Perekonomian
Masyarakat Menengah Kebawah.
Adapun Lembaga
Keuangan yang ada di Desa Bongkasa adalah :
LPD
: 2 Buah
Koperas
berijin
: 3 Buah
Pra
Koperasi
: 1 Buah
D. Kondisi Pemerintahan Desa
1. Pembagian wilayah desa
Desa Bongkasa
merupakan daerah dataran tinggi bergelombang dan berada pada ketinggian 325
meter diatas permukaan laut dengan kondisi tanah yang sangat subur. Pembaagian
wilayah desa dalam ruang lingkup penyelenggaraan Pemerintah Desa, Desa Bongkasa
terbagi atas 10 Banjar Dinas yang dipimpin langsung oleh Kelian Banjar Dinas
sebagai ujung tombak penyelenggara Pemerintah Desa.
Adapun Banjar
Dinas yang ada diwilayah Desa Bongkasa yaitu :
1.
Banjar Kedewatan
2.
Banjar Tanggayuda
3.
Banjar Sayan Agung
4.
Banjar Sayan Tua
5.
Banjar Pengembungan Sari
6.
Banjar Teguan
7.
Banjar Pengembungan
8.
Banjar Kambang
9.
Banjar Kutaraga
10.
Banjar Tohpati.
2. Struktur Organisasi
Pemerintah Desa
Mengingat desa merupakan suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah
penduduk sebagai satu kesatuan masyarakat yang mempunyai organissi pemerintahan
terendah dan berhak menyelenggarakan rumah tangga sendiri dab Pemerintah Desa
dipimpin oleh seorang Perbekel dan dibantu oleh perangkat Desa dengan Struktur
Organiasi Pemerintah Desa Bongkasa sebagai berikut :
1.
Perbekel dijabat
oleh
: I Wayan Jendra
2.
Sekretaris Desa, yang dijabat
oleh
: I Nyoman Sulendra
3.
Ka. Urusan Pemerintahan, yang dijabat oleh : Ni Made Darmini
4.
Ka. Urusan Pembangunan, yang dijabat oleh : I Made Terpiastika
5.
Ka. Urusan Kesejahteraan, yang dijabat oleh : Ni Made Suwerti
6.
Ka. Urusan Keuangan, yang dijabat oleh
: Gusti Putu Yatimardika
7.
Ka. Ursan Umum, yang dijabat
oleh
: Ni Wayan Budi Sukerti
Wilayah Desa Bongkasa terdiri dari 10 (sepuluh) Banjar Dinas yang
masing-masing memiliki seorang Kelian Banjar Dinas sebagai perpanjangan tangan
Perbekel diwilayah kerjanya yang diangkat/ditetapkan berdasarkan Surat
Keputusan Perbekel atas persetujuan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Kelian
Banjar Dinas tersebut adalah :
1.
Kelian Br. Dinas Kedewatan, dijabat
oleh
: I Wayan Gatra
2.
Kelian Br.. Dinas Tanggayuda, dijabat
oleh
: I Wayan Sumendra
3.
Kelian Br. Dinas Sayan Agung, dijabat
oleh
: I Nyoman Sudiardana
4.
Kelian Br. Dinas Sayan Tua, dijabat
oleh
: I Wayan Suartawa
5.
Kelian Br. Dinas Pengembungan Sari, dijabat oleh : I Nyoman Jayadiputra
6.
Kelian Br. Dinas Teguan, dijabat
oleh
: I Nyoman Sueca
7.
Kelian Br. Dinas Pengembungan, dijabat
oleh : I Nyoman Subandi
8.
Kelian Br. Dinas Kambang, dijabat
oleh
:I Wayan Tarip
9.
Kelian Br. Dinas Kutaraga, dijabat
oleh
: I Wayan Suaba
10.
Kelian Br. Dinas Tohpati, dijabat oleh
: I Wayan Wijana